Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (Unisma) terus mengukir prestasi membanggakan. Dalam dua tahun terakhir fakultas ini memenangkan program hibah Kampus Mengajar. Tahun 2020 lalu, sebanyak 30 mahasiswa lolos program tersebut. Dan itu menjadi keunggulan tersendiri karena Program Kampus Mengajar saat itu baru dicetuskan oleh Kemendikbud Ristek.
Demikian juga tahun ini, jumlah mahasiswa yang lolos program hibah Kampus Mengajar lebih banyak. Ada lebih dari 70 mahasiswa lolos dalam program Kampus Mengajar. Dan saat ini mereka sedang melaksanakan tugas itu di berbagai daerah di Indonesia. “FKIP yang paling banyak meloloskan mahasiswa di program kampus mengajar, itu bukti bahwa kompetensi kami unggul,” ujar Dekan FKIP Unisma Dr. Hasan Busri, M.Pd.
Ada banyak keuntungan yang didapat mahasiswa dari Program Kampus Mengajar. Bagi mahasiswa semester tujuh mereka dapat mengkonversi nilainya untuk skripsi. Sedangkan yang masih semester lima bisa mengkonversi ke SKS untuk mata kuliah tertentu. “Karena lumayan besar poin dari kampus mengajar ini, bisa sampai 6 SKS,” katanya kepada New Malang Pos.
Hasan menjelaskan dalam program Kampus Mengajar mahasiswa membantu sekolah yang tertinggal. Diutamakan sekolah yang nilai akreditasinya C. Dari SD sampai SMA/SMK. Tujuannya untuk mendongkrak kualitas sekolah bersangkutan agar menjadi lebih baik.
Mahasiswa terlibat langsung dalam manajemen lembaga. Mereka mengidentifikasi masalah, menemukan penyebab, dan memberikan masukan sebagai alternatif solusi. Mulai dari perencanaan sampai pengembangan IT. “Dari situ mahasiswa kami mendapatkan pengalaman yang begitu berharga, sehingga mereka mendapatkan praktik baiknya” terangnya.
Selain program Kampus Mengajar, ada hibah-hibah lain yang diperoleh FKIP di tingkat Prodi. Yakni Hibah Pembelajaran Asistif oleh Prodi Bahasa Inggris, Hibah Inovasi Pembelajaran Digital oleh Prodi PBSI dan Hibah Pembelajaran Jarak Jauh oleh Prodi Pendidikan Matematika.
Selain itu tiga dosen FKIP juga lolos program PMM-DN 2021 pada bidang Mata Kuliah dan Modul Nusantara. Mereka adalah Dr. Ari Ambarwati, M.Pd, Ganjar Setyo Widodo, M.Pd dan Frida Siswiyanti, M.Pd.
Sementara itu, Sabtu (2/10) hari ini, FKIP Unisma akan menggelar Yudisium. Diikuti sebanyak 136 mahasiswa dari tiga Program Studi. Antara lain 63 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), 41 Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan 32 Pendidikan Matematika.
Hasan mengungkapkan, mahasiswa yang lulus tahun ini memiliki kemampuan di atas rata-rata. Mereka adalah mahasiswa hebat berprestasi. Termasuk para mahasiswa yang lolos hibah Kampus Mengajar Tahun 2020.
Menurutnya, secara kompetensi para lulusan FKIP sudah siap. Mereka sudah dibekali banyak wawasan dan pengetahuan. Termasuk juga pengalaman yang diperoleh di kampus maupun saat melaksanakan tugas mengajar di luar kampus. “Kami sudah memberikan kunci pada mereka, berupa ilmu dan keterampilan. Tinggal mereka mau membuka pintunya atau tidak,” ucapnya.
Hasan menuturkan, pandemi covid-19 telah merubah banyak sistem di dunia pendidikan. Semua sekolah menerapkan sistem belajar dengan cara daring. Dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi.
Maka seorang pendidik wajib memiliki keterampilan teknologi yang mumpuni. Minimal untuk mendukung sistem pembelajaran. “Teknologi sudah bukan pilihan. Tapi keharusan. Saat ini anak sudah akrab dengan teknologi, maka guru harus punya keterampilan untuk bisa menyesuaikan,” tuturnya.
Adapun lulusan terbaik FKIP tahun ini ditentukan dari masing-masing prodi. Dari Prodi Pendidikan Matematika diraih oleh Nurul Mahfiroh, Prodi PBSI diraih oleh Dyah Ayu Permatasari dan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris diraih oleh Athoriq Nofariansah.
Jumat (1/10) kemarin, ketiganya berbagi kiat meraih sukses. Nurul Mahfiroh mengatakan bahwa kemampuan manajemen sangat menentukan kesuksesan seseorang. Terlebih bagi mereka punya banyak aktivitas. “Kita harus bisa memprioritaskan yang terpenting. Meskipun aktif di organisasi tetap mengutamakan tugas kuliah,” ucap mahasiswa yang aktif di Himaprodi dan UKM Cinta Tanah Air ini.
Dyah Ayu Permatasari menambahkan, untuk mencapai sukses harus yakin. Ia memegang prinsip ‘Kata Yakin Semua Menjadi mungkin’. Menumbuhkan rasa optimis penting dalam diri untuk meraih sukses. “Berangkat dari rasa optimis itulah maka segala sesuatu menjadi mudah,” kata dia.
Sedangkan Athoriq Nofariansah punya pendapat. Untuk sukses harus juga aktif di organisasi. Disitu mahasiswa belajar kecakapan hidup, leadership dan softskill. “Dengan organisasi kita terlatih dalam berkolaborasi, terampil berkomunikasi dan membangun jejaring,” ucap mantan ketua UKM Seni Islami Unisma ini.
Ia juga berpendapat bahwa mahasiswa masa kini perlu menguasai teknologi. Meskipun bukan jurusan yang berbasis teknologi. Karena di era revolusi industri 4.0, semua dituntut untuk terampil dalam bidang digital. “Meskipun seorang guru harus punya skill dan kreativitas dalam bidang IT,” pungkasnya.